Pada siang hari ia merasakan badannya panas sepanas bara api, saking panasnya sampai-sampai Brodin harus merendam badannya di dalam kamar mandi. Menjelang Maghrib badannya berubah menjadi dingin, karena rasa dingin yang teramat sangat sehingga ia harus mengenakan baju hangat hingga berlapis-lapis untuk mengurangi rasa dingin.
Belum lagi igauan dan rancauannya, hampir terjadi setiap malam, kadang seperti sedang berbicara dengan seseorang, kadang seperti orang bertengkar, atau sedang menerima petuah atau nasehat sementara kalau diajak berbicara langsung, jawabannya tidak pernah nyambung.
Totok teman satu Mess-nya, merasa prihatin lalu berusaha membujuknya untuk segera pergi ke dokter. Akhirnya dengan susah payah ia berhasil mengajak Brodin pergi ke dokter.
Setelah beberapa kali melakukan pemeriksaaan, dokter mengatakan kalau Brodin sehat, hanya kurang tidur dan kurang istirahat saja.
Sungguh aneh.
Begitulah keadaan yang dirasakan Brodin setiap hari, sampai tujuh hari lamanya, setelah itu sakitnya dengan perlahan hilang dengan sendirinya, tanpa obat, tanpa dokter dan tanpa pengobatan lainnya.
Baca Juga : Ngrowot I, Ngrowot II
Sebenarnya apa yang terjadi pada diri Brodin.
Sejak pertemuannya dengan mahluk halus di jembatan dekat kuburan, hampir setiap saat ia bertemu dengan mahluk-mahluk halus lainnya, terutama arwah-arwah penasaran yang meninggal karena sebab-sebab tidak wajar seperti kecelakaan, pembunuhan dan penyebab lainnya.
Mereka seolah tahu atau diberitahu kalau ada seorang manusia yang baru saja mendapatkan berkah berupa penglihatan batin sehingga dapat melihat dan berkomunikasi dengan mahluk gaib. Berbondong-bondong mereka mendatangi Brodin, hanya untuk sekedar numpang lewat atau menunjukkan keberadaannya atau memperkenalkan diri.
Jiwa Brodin belum siap menghadapi situasi seperti ini, sehingga rasa kaget, rasa takut, dan perasaan lainnya berbaur menjadi satu mempengaruhi jiwanya, akibatnya badannya menjadi panas-dingin.
Namun setelah tujuh hari berlalu, Brodin menjadi terbiasa dengan kehadiran mahluk-mahluk gaib tersebut.
Biasa bagi Brodin namun tidak biasa atau berbeda menurut pandangan orang-orang di sekelilingnya.
“Gila ilmu.” Kata Dani bosnya di kantor.
“Kabotan ngelmu.” Kata Totok temannya.
Gendeng, edan, miring, saraf dan lain-lain sebutan yang diberikan kepada Brodin.
Bagaimana tidak, apa yang dilihat oleh Brodin tidak dapat dilihat oleh orang lain. Saat Brodin berbicara dengan salah satu mahluk gaib yang sedang menemuinya, terlihat oleh orang lain. Mereka melihat, Brodin ngomong sendiri, tersenyum dan tertawa sendiri. Maka orang-orang mengatakan
“Brodin sudah Gila.”
Tapi sepertinya Brodin tenggelam dalam lingkungannya yang baru, bergaul dengan jin, arwah-arwah penasaran dan mahluk gaib lainnya. Sehingga ia dianggap menyimpang menjadi manusia yang berbeda, sampai-sampai ia melupakan kewajibannya sebagai seorang karyawan.
Sering tidak masuk kerja, melalaikan tugas yang diberikan atasannya, masuk kerja seenaknya dan perbuatan buruk lainnya.Padahal, sebelumnya ia adalah salah seorang karyawan yang tekun dan rajin bekerja.
Hal ini mengusik perasaan Totok, teman dekatnya. Sudah lebih satu minggu Brodin tidak masuk kerja tanpa ijin, bisa dipecat dengan tidak hormat. Totok lalu berusaha mencari dan menemui Toha, sosok yang pernah diceritakan Brodin kepadanya. Setelah ketemu, Totok menceritakan keadaan Brodin sekarang.
“Arek gendeng, ini akibatnya, melakukan ‘laku’ tidak berbicara terlebih dahulu sama saya.” Kata Toha.
“Kenapa Cak?” Tanya Totok.
“Saya memang pernah bercerita sama Brodin, tentang puasa ‘ngrowot’ agar dapat melihat mahluk gaib. Tapi saya tidak menyangka kalau dia akan menjalankan laku-nya.” Jawab Toha.
“Terus bagaimana cara menyembuhkannya? Sepertinya dia belum kuat memiliki ilmu seperti itu.” Lanjut Totok.
“Yo wis, nanti malam saya akan menemui dia.” Kata Toha.
Malam harinya, Toha datang menemui Brodin.
Entah apa yang dilakukan Toha terhadap Brodin sehingga keesokan harinya Brodin sudah bertingkah-laku normal.
“Brodin sudah sembuh.” Kata Totok kepada teman-temannya.
Brodin sendiri hanya tersenyum mendengar komentar dari teman-temannya. Baginya kejadian ini adalah pengalaman baru dalam menjalankan tirakat spiritual.
“Harus ada yang membimbing dalam menjalankan ‘laku’ spiritual, kalau tdak, bisa menjadi gila.” Batin Brodin.
0 komentar:
Posting Komentar