Batu, Kerikil Dan Pasir : Renungan Tentang Prioritas Hidup – Banyak cara bagi para bijaksana untuk memberikan ibarat, nasehat dan pengetahuan bagi kita. Jika sebelumnya tentang Gula, Garam Dan Jarum sebagai renungan dalam kebersamaan, maka kali ini, mari kita pelajari tentang Batu, Kerikil Dan Pasir sebagai renungan tentang prioritas dalam kehidupan kita.
Satu benda lagi yang menjadi komponen utama adalah sebuah toples atau bejana atau wadah yang lain.
Terus mau diapakan benda-benda tersebut, lalu apa hubungannya dengan hidup kita?
Untuk mengetahui jawabannya, mari kita ikuti penjelasan berikut ini.
Batu, Kerikil Dan Pasir Dalam Sebuah Toples
Kisah ini mungkin sudah banyak yang mengetahui namun tidak ada salahnya apabila kita membacanya lagi agar kita tidak melupakan makna dibaliknya.
Pada suatau hari, seorang Profesor Filsafat, memulai kuliahnya dengan menaruh toples, batu, kerikil dan pasir di atas mejanya. Satu hal, yang jarang dilakukan sebelumnya sehingga membuat para siswanya bertanya-tanya dalam hati akan tetapi mereka tidak bertanya hanya menunggu apa yang akan dilakukan oleh pengajarnya saja.
Namun, tanpa memberikan penjelasan, sang professor itu mulai mengisi toples kosong itu dengan batu-batu yang ada di mejanya. Ketika toples itu sudah penuh dengan batu, barulah ia bertanya kepada mahasiswanya, “apakah toples ini sudah penuh?” Serempak mahasiswanya mengangguk.
Profesor itu kembali diam lalu mengambil kerikil-kerikil yang ada di atas meja dan dengan perlahan menuangkan kerikil tersebut ke dalam toples. Ketika kerikil-kerikil itu tidak dapat masuk ke dalam toples, ia mengguncang-guncang toples itu hingga kerikil dapat mengisi celah-celah kosong di dalamnya.
Lalu, ketika kerikil sudah tidak muat lagi, kembali sang professor bertanya, “apakah toples ini sudah penuh?” Dan, kembali pula para mahasiswa menjawab dengan menganggukkan kepala tanda setuju.
Sekarang, para mahasiswa mulai mengetahui apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh pengajarnya itu, namun mereka masih belum paham akan maksudnya.
Seperti yang mereka perkirakan, Profesor itu mengambil pasir dan menuangkannya ke dalam toples yang sudah berisi batu dan kerikil. Seperti kerikil tadi, butiran pasir-pasir itu mengisi setiap ruang yang masih tersisa di dalam stoples. Dan, ketika toples itu sudah penuh dengan batu, kerikil dan pasir, sekali lagi professor itu menanyakan kepada mahasiswanya yang dijawab dengan anggukan kepala bersama-sama.
Setelah diam beberapa saat, Profesor itu kemudian menjelaskan bahwa toples kosong adalah analogi bagi kehidupan, sedangkan batu adalah symbol dari hal yang paling penting dalam hidup kita, seperti kesehatan, pasangan, anak-anak, dan semua hal yang membuat hidup menjadi lengkap.
Dan, pasir diumpamakan sebagai hal-hal lebih kecil yang membuat hidup kita menjadi nyaman seperti pekerjaan, rumah, dan kendaraan. Lalu, yang terakhir yaitu pasir adalah perumpamaan dari hal-hal kecil yang tidak terlalu penting di dalam hidup kita.
Tujuan sang professor meletakkan pertama kali batu-batu dalam toples kosong adalah untuk meletakkan hal-hal penting terlebih dahulu dalam hidup kita sehingga mengurangi ruang untuk kerikil dan pasir.
Setelah itu, barulah kita menempatkan kerikil dan pasir secara berurutan ke dalam toples seperti halnya kita menempatkan hal-hal lainnya sesuai dengan kepentingannya dalam hidup kita.
Dengan mengisi batu-batu terlebih dahulu lalu kerikil dan pasir ke dalam toples berarti kita sudah melakukan hal yang benar. Mengisi hidup kita dengan hal-hal yang besar terlebih dahulu lalu mengisinya lagi dengan hal-hal sesuai dengan prioritasnya.
Jangan mengisi hidup kita dengan hal-hal kecil terlebih dahulu karena tidak akan ada ruang lagi untuk melakukan hal-hal yang besar dan benar-benar berharga.
Itulah hal yang ingin disampaikan Sang Profesor kepada mahasiswanya. Tentang mengisi hidup kita dengan hal-hal sesuai dengan prioritasnya.
Penutup
Hal-hal sederhana dalam kehidupan kadang lepas dari pengamatan kita. Dan, tidak jarang kita membiarkan hidup yang kita jalani dengan hal-hal yang kurang berharga lalu mengabaikan hal-hal yang berharga atau justru yang paling berharga.
Mungkin, dengan membaca artikel ini, kita menjadi sadar lalu mulai menata lagi kehidupan yang sedang kita jalani. Senyampang masih ada waktu untuk mengubahnya.
Semoga bermanfaat…
Artikel Lainnya :
Artikel Lainnya :
Sangat berkesan dan dpt dijadikan pelajaran bwt trutama diriku n teman2 serta pembaca yg lain, ya kangmas...👍👍👍
BalasHapusItulah kompleksnya hidup, tuntutan prioritas hrs pandai memilahkan sendiri dg pertimbangan dan kebijakan masing2 individu. Namun semua itu juga tak terlepas Dr kemauan dan keuletan tanpa meninggalkan garis nasib kita masing2.
BalasHapusMaturnuwun tuan redaksi menambah wawasan saya 😊👍
Mengisi kehidupan dengan prioritas terkadang sulit....yang ada kita mengisi kehidupan ini dengan seadanya.
BalasHapus