Home » » Surga Dibawah Telapak Kaki Ibu : Sebuah Renungan

Surga Dibawah Telapak Kaki Ibu : Sebuah Renungan

Surga Dibawah Telapak Kaki Ibu : Sebuah Renungan

Surga itu di bawah telapak kaki ibu,” begitu bunyi Hadis Rasulullah SAW. Hadis tersebut adalah kiasan atau perumpamaan yang menyatakan bahwa seorang anak wajib  berbakti kepada ibunya, melayaninya bak melayani seorang raja, mematuhi perintahnya dan mendahulukan kepentingannya mengalahkan kepentingan pribadi anak. Di hadapan ibu seorang anak seharusnya merendahkan diri serendah-rendahnya sehingga letak diri kita bagaikan debu yang ada dibawah telapak kakinya. Itu bila sang anak ingin meraih surga kelak di akhirat dan surga di dunia.
surga di bawah telapak kaki ibu

Mengapa?

Berikut ini adalah alasan-alasan yang menjadi dasar bahwa ‘Surga dibawah telapak kaki ibu’.

Ibu Yang Melahirkan Kita

Kelahiran adalah satu proses yang sakral dalam kehidupan manusia, ibu dan anak, dimana akan lahir seorang manusia, seorang khalifah yang nantinya akan menambah warna kehidupan melalui perjuangan hidup dan mati seorang ibu.

Apakah seorang ibu merasa yakin jika saat proses melahirkan bayinya akan selamat meskipun Dokter sudah mengatakan jika bayi dalam kandungannya sehat? Meskipun Dokter mengatakan proses kelahiran akan berjalan normal atau melalui operasi Cesar?

Seorang ibu tetap merasa khawatir.
Mengingat betapa beratnya proses melahirkan yang harus dilewati oleh seorang ibu. Keringat bercucuran, nafas harus terus berpacu dan darah harus tertumpah demi hadirnya kehidupan baru bagi sang buah hati.

Peristiwa pilu sering terjadi dalam drama kehidupan manusia, ketika seorang ibu melahirkan, bayinya meninggal atau ibunya yang meninggal bahkan ada yang keduanya meninggal. Sungguh berat resiko yang harus dihadapi oleh seorang ibu saat melahirkan anaknya, maka sungguh patut disyukuri jika mereka berdua selamat, ibu dan anak.

Sejak alat test kehamilan menyatakan bahwa seorang wanita hamil atau perilaku seorang wanita menunjukkan tanda-tanda kehamilan, maka perjuangan seorang ibu mengemban titipan Ilahi dimulai. Seorang Ibu akan menjaga, merawat dan mengasihi bayi di dalam kandungannya dengan berbagai cara sesuai kemampuannya.

Dan sejak saat itu, timbul rasa ‘samar’ atau khawatir atau rasa takut di dalam hatinya. Khawatir akan keselamatan baik anaknya maupun dirinya sendiri.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)

Dalam ayat diatas kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada ibu kita yang telah bersusah payah mengandung selama sembilan bulan, kemudian menyusui hingga sang anak berumur dua tahun dan kemudian membesarkannya hingga dewasa dan mampu mengurus diri sendiri dan berumah tangga.

Ibu Yang Merawat Kita

Ketika manusia terlahir ke dunia, yang pertama kali dilihatnya adalah ibu dan bapaknya. Dan sejak saat itu, orangtua kita yang merawat dan menjaga kita. 

Saat masih bayi, dimana kita belum bisa berbicara, hanya dengan menangis yang jadi bahasa komunikasinya, dimata kedua orangtua kita, bayi itu adalah raja yang harus dilayani dan dijaga sepenuh hatinya, sepenuh jiwanya dan sekuat tenaganya.

Orang tua kita memberikan semua yang terbaik untuk kita, sang buah hati, sesuai dengan kemampuannya. Tempat tidur, susu, makanan dan pakaian serta memberikan segala kasih sayangnya.

Ibu dan Bapak kita menjaga sang buah hati dari segala bahaya yang akan menyakiti dan melukainya. Bahkan seekor nyamuk akan diburunya jika berani menggigit bayinya. Jika bayinya sakit, mereka akan segera mencarikan obatnya. Jika sang bayi lapar, ibu akan segera menyusui atau memberinya makan.

Saat kita sudah mulai bisa mengenal lingkungan dan mulai berfikir, ibu yang mengajari dan mendidik kita tentang berbagai hal dalam kehidupan kita. Orangtua kita menyekolahkan dan membekali kita dengan bermacam ilmu dan keahlian agar kelak anaknya memperoleh kehidupan yang layak.

Ibu Yang Mendoakan Kita

Setelah kita tumbuh dewasa dan bisa mandiri, apakah ibu berhenti mengasihi anaknya?

Dalam sholatnya dan dalam setiap kesempatan, ibu selalu mendoakan anak-anaknya agar selamat, agar bahagia dan memperoleh kehidupan yang lebih baik. 

Tiga macam golongan yang doa-nya mustajab dan tidak diragukan lagi kedahsyatannya. Yakni doa orang tua kepada anaknya, doa musafir (orang yang sedang berpergian), dan orang yang didzalimi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mungkin sebagian orang masih tidak sadar bahwa kemungkinan kesuksesan-kesuksesannya selama ini adalah buah dari doa seorang ibu kepada Allah tanpa ia ketahui.

Dan seorang ibu itu tanpa disuruh pasti akan selalu mendoakan anaknya ditiap nafasnya kala bermunajat kepada Allah. Tapi seorang anak belum tentu selalu berdoa untuk orang tuanya.

Pantaskah Bila Sorga Berada dibawah Telapak Kakinya?

Melihat perjuangannya, kasih sayangnya dan perhatiannya kepada anaknya mulai dari ayunan sampai beranjak dewasa maka memang sudah sepantasnya jika surga berada dibawah telapak kaki ibu.

Dengan berbakti kepada ibu, memuliakan ibu dan memperlakukan ibu bak seorang raja, maka akan terbuka pintu surga  sebab Allah akan meridhoi setiap perbuatan kita jika ibu kita ridho.

Masihkah kita akan mengingkarinya?

Pangeran Katon

Menurut orang Jawa, sebagai bentuk penghormatan kepada ibu, menyebut ibu sebagai ‘Pangeran Katon’ yang artinya Tuhan yang Nyata yang harus dipatuhi, yang harus dihormati dan dilayani dengan segenap jiwa raga.  Ibu adalah pepunden dan mahluk paling keramat di dunia.

Bang Haji Rhoma Irama, menggambarkan bagaimana keramat-nya seorang ibu melalui lagunya yang berjudul ‘Keramat’. Mari kita simak syairnya.

Hai manusia, hormati ibumu
Yang melahirkan dan membesarkanmu

Darah dagingmu dari air susunya
Jiwa ragamu dari kasih-sayangnya
Dialah manusia satu-satunya
Yang menyayangimu tanpa ada batasnya

Doa ibumu dikabulkan Tuhan
Dan kutukannya jadi kenyataan
Ridla Ilahi karena ridlanya
Murka Ilahi karena murkanya

Bila kau sayang pada kekasih
Lebih sayanglah pada ibumu
Bila kau patuh pada rajamu
Lebih patuhlah pada ibumu

Bukannya gunung tempat kau meminta
Bukan lautan tempat kau memuja

Bukan pula dukun tempat kau menghiba
Bukan kuburan tempat memohon doa
Tiada keramat yang ampuh di dunia
Selain dari doa ibumu jua
Begitu mulianya seorang ibu sehingga Bang Rhoma menempatkan kedudukan seorang ibu diatas seorang Raja, kesaktian ibu melebihi kesaktian seorang dukun dan doa ibu adalah keramat yang ampuh di dunia.

Bagaimana jika kita durhaka kepada Ibu?

Maka neraka atau kesengsaraan yang akan menimpa kehidupan kita baik di dunia maupun di akherat kelak.
Sudah banyak kisah yang menyebutkan tentang kedurhakaan anak kepada ibunya seperti kisah Malin Kundang dan kisah-kisah lain yang terjadi dalam kehidupan.

malin kundang
Malin Kundang - Contoh anak yang durhaka
Bahkan durhaka kepada orang tua adalah dosa besar. Ini secara tegas dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
أكبرُ الكبائرِ : الإشراكُ بالله ، وقتلُ النفسِ ، وعقوقُ الوالدَيْنِ ، وقولُ الزورِ . أو قال : وشهادةُ الزورِ
dosa-dosa besar yang paling besar adalah: syirik kepada Allah, membunuh, durhaka kepada orang tua, dan perkataan dusta atau sumpah palsu” (HR. Bukhari-Muslim dari sahabat Anas bin Malik).

Dalam hadits Nafi’ bin Al Harits Ats Tsaqafi, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ألا أنبِّئُكم بأكبرِ الكبائرِ . ثلاثًا ، قالوا : بلَى يا رسولَ اللهِ ، قال : الإشراكُ باللهِ ، وعقوقُ الوالدينِ
maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar? Beliau bertanya ini 3x. Para sahabat mengatakan: tentu wahai Rasulullah. Nabi bersabda: syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang tua” (HR. Bukhari – Muslim).

Ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkali-kali memperingatkan para sahabat mengenai besarnya dosa durhaka kepada orang tua.

Allah pun menegaskan dalam surat Al Isro’ bahwa perkataan “uh” atau “ah” terhadap orang tua saja dilarang apalagi yang lebih dari itu. Dalam ayat itu pula dijelaskan perintah untuk berbuat baik pada orang tua.

Berbakti Pada Ibu

Kita sering mendengar Ayat Al Quran yang menjelaskan perintah Allah untuk berbuat baik kepada ibu dan bapa. bahkan tidak hanya satu atau dua surat saja, melainkan ada beberapa dalam Surat Al Quran.

Allah yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman-Nya,

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'” (Al Isro’: 23)

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal sholih yang mulia bahkan disebutkan berkali-kali dalam Al Quran tentang keutamaan berbakti pada orang tua. Allah Ta’ala berfirman:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (An Nisa: 36).

Nabi mengutamakan bakti mereka atas jihad fi sabilillah, Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rosululloh, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.'” (HR. Al Bukhori no. 5970).

Demikian agungnya kedudukan berbakti pada orang tua, bahkan di atas jihad fi sabililllah, padahal jihad memiliki keutamaan yang sangat besar pula.
sarip tambak oso
Sarip Tambak Oso - Anak yang berbakti
Dalam masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa Timur, ada satu pegelaran ludruk yang menceritakan seorang anak yang berbakti kepada ibunya yang berjudul ‘Sarip Tambak Oso’.

Dalam cerita ini, tokoh utamanya bernama Sarip, seorang pejuang yang melawan penindasan Belanda di daerah Sidoarjo, Jawa Timur. Dikisahkan bahwa Sarip tidak bisa mati selama ibunya masih hidup. Ketika Sarip mati, ibunya akan memanggilnya maka Sarip akan hidup lagi.

Mari Mengingat Jasa Ibu

Sekarang ini kita berada dalam jaman ‘edan’. Dimana nilai-nilai moral semakin hari semakin berkurang. Ditambah lagi pengaruh lingkungan, pergaulan dan pengaruh dari dunia ‘maya’ yang semakin mudah dijangkau oleh anak-anak. 

Jika kita mengingat kembali, betapa seringnya kita membuat kecewa, marah dan membuat orang tua kita menumpahkan air mata. Betapa sering kita mengabaikan nasehatnya, membantah bahkan melawan orang tua kita?

Maka mari kita segera meminta maaf pada keduanya, sebab ridho Allah tergantung pada ridho kedua orangtua kita.

Mari kita bersyukurlah jika masih mempunyai orang tua. Merekalah ladang untuk menanam kebajikan yang akan mengantarkan kita ke Surga kelak.

Mari kita berbakti kepada kedua orang tua kita.

Ketika kita merasa tidak cocok dengan pendapat kedua orang tua kita, berbeda paham dan berbagai masalah lainnya, ingatlah jasa-jasa mereka, ingatlah kebaikan mereka.

Lagu-lagu berikut ini akan membawa ingatan kita kepada masa kecil kita serta jasa dan kebaikan orang tua kita.
  1. Surga Dibawah Telapak Kaki Ibu
  2. Timang-timang
  3. Ibu, Karya Iwan Fals
  4. Bunda, Karya Melly Goeslow
  5. Mother, How are you today, karya Jhon Lenon
Dengan mendengarkan lagu-lagu diatas atau lagi lain yang bertemakan sama, akan mengingatkan kita dan akan menyadarkan kita bahwa ‘Surga Dibawah Telapak Kaki Ibu’.

0 komentar:

Posting Komentar