Driver Grab Malang Robot? – Saat ini keberadaan Grab sebagai salah satu pilihan moda transportasi di kota Malang sedang menjadi primadona. Kemudahan akses melalui aplikasi yang terinstall di smartphone ditambah beragam bonus bagi konsumen semakin menambah kepopulerannya. Namun, apakah driver Grab juga akan berubah seolah robot masa depan yang tidak memiliki kepedulian terhadap manusia lain?
Tidak dapat dipungkiri jika keberadaan Grab, GoJek dan ojek online lainnya, memberi banyak kemudahan dan manfaat. Memang salah satu syarat untuk menggunakan jasa ojek online harus memiliki smartphone.
Satu pengalaman pahit sempat penulis rasakan pada satu malam ketika menggunakan jasa ojek online ini. Saat itu penulis berada di Jalan Cumi Cumi, Blimbing, Malang bersama seorang teman, kurang lebih pukul 11.30 WIB. Lokasi tempat ini terbilang cukup jauh dari jalan raya.
Karena ada keperluan mendesak, dengan terpaksa teman tersebut meninggalkan penulis seorang diri di tengah malam dan di tempat yang jauh dari akses kendaraan umum. Tapi sebelumnya, ia memesankan Grab untuk mengantarkan penulis pulang menggunakan smartphone miliknya karena kebetulan tidak memiliki HP seperti itu.
Dan, permintaan melalui aplikasi Grab sudah diterima, drivernya pun sudah dapat. Tinggal menunggu kurang lebih 4 menit saja, sehingga teman tersebut bergegas meninggalkan tempat. Penulis pun dengan tenang menunggu di pojok Jl. Cumi-cumi, berharap sang driver segera menjemput.
Hampir setengah jam menunggu, driver tersebut tidak kunjung datang. Atau datang tapi berubah fikiran ketika melihat penumpangnya seperti seorang gelandangan atau bahkan mirip seorang penjahat. Lalu, tanpa konfirmasi hanya melewati dan berlalu begitu saja.
Waktu sudah tengah malam. Semakin susah untuk mendapatkan kendaraan umum ditempat itu. Maka, penulis mencoba minta bantuan teman lainnya untuk memesankan Grab lainnya. Tapi sayang, driver Grab tidak ada yang meresponnya. Padahal sepanjang jalan itu, sudah beberapa kali driver Grab lewat tanpa penumpang. Namun, mereka acuh dan tidak peduli sama sekali.
Akhirnya, untuk menghindari kesalah-pahaman dengan warga sekitar dan takut disangka akan berbuat jahat karena penulis bukanlah warga setempat, maka penulis berjalan kaki menuju jalan raya dengan kondisi badan yang kurang sehat.
Satu pengalaman cukup pahit. Tulisan ini hanya untuk memberi bahan renungan kepada para driver Grab. Bagaimana jika itu menimpa pada bapak, kakek atau kerabat mereka sendiri ? Apakah mereka sudah berubah menjadi robot-robot yang tidak punya kepedulian terhadap sesama lagi?
Masih mendingan jika orang tersebut membawa perangkat seluler meskipun tidak pintar. Bagaimana jika orang tersebut sedang dalam kesusahan dan membutuhkan pertolongan?
Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Jika memang Grab tidak menerima pesanan pada malam hari, mungkin sebaiknya ada pemberitahuan jam kerja sehingga konsumen tidak kecewa.
Semoga dapat menjadi renungan…
0 komentar:
Posting Komentar