Kisah Sawunggaling Mencari Cinta
Nama Sawunggaling sangat terkenal di Surabaya. Ada sasana tinju yang menghasilkan banyak petinju professional, salah satunya adalah Joko Arter, bernama sasana Sawunggaling. Kemudian ada sebuah hotel terkenal di Surabaya yang bernama Sawunggaling Inn, nama ini juga menginspirasi pendiri SAWOONG dengan mengutip bagian depan nama "Sawunggaling" sebagai merk cinderamata. Bahkan nama itu melekat pada sosok musisi terkenal yaitu Sawung Jabo.
Tapi apa dan siapa sebenarnya Sawunggaling? Hampir semua orang pernah mendengar nama ini, namun pasti tidak banyak yang tahu siapa sebenarnya jati diri Sawunggaling, khususnya generasi muda.
Sawunggaling adalah seorang adipati Surabaya yang menentang penjajahan Belanda. Nama Sawunggaling telah menjelma menjadi legenda. Sosoknya ditempatkan antara mitos dan fakta. Makamnya pun ada dua, di Lidah Wetan III dan Wiyung.versi ceritanya macam-macam, namun ada garis merah tentang asal usulnya.
Baca Juga :
- Asal-usul Kota Surabaya
- Misteri Patung Joko Dolog
- Sarip Tambak Oso : Kerikil Kecil Dalam Perjuangan Bangsa Indonesia
Cinta Kedua Adipati Jayengrana
Cerita ini dimulai dari Kadipaten Surabaya yang saat ini berada di kawasan Kramat Gantung. Saat itu yang menjadi Adipati adalah Jayengrana. Adipati Jayengrana sudah beristri dan mempunyai anak, namun sang adipati yang gemar berburu masih terpikat oleh kecantikan dan kemolekan tubuh gadis cantik.
Pada suatu hari, Adipati Jayengrono berburu ke arah selatan menyusuri hutan hingga ke hutan Wiyung. Kawasan yang sekarang penuh perumahan saat itu adalah hutan terjal. Di tengah hutan, Sang adipati bertemu gadis cantik bernama Dewi Sangkrah, anak seorang pertapa yang mengasingkan diri.
Adipati Jayengrono terpikat dan jatuh hati kepada Dewi Sangkrah sehingga terjadilah perkawinan terselubung diantaranya. Perkawinan itu kemudian membuahkan seorang bayi laki-laki yang kelak diberi nama Bagus Ahmad yang bergalar raden. Kelak namanya menjadi Raden Bagus Ahmad. saat remaja julukannya adalah Jaka Berek.
Jaka Berek Mencari Cinta
Jaka Berek baru saja pulang dari bermain dengan teman-temannya. Ia marah, penasaran bukan kepalang karena teman-temannya selalu mengejek bahwa ia tak punya ayah sah alias anak haram.
Sesampai di rumah, Jaka Baerek segera menjumpai ibunya yang saat itu sedang berkumpul dengan kakek dan neneknya. Jaka Berek menanyakan siapa sebenarnya ayah kandungnya bukan kakeknya yang selama ini dianggap sebagai ayahnya.
Hati Dewi sangkrah berdebar, Ia sudah menduga hal ini akan terjadi.Tak bisa tidak dia harus menjawabnya dengan gamblang.
”Anakku Jaka Berek, karena kau telah dewasa, sudah sepatutnya kau bertanya tentang ayahmu. Ketahuilah anakku, ayahmu adalah seorang adipati di Kadipaten Surabaya. Namanya Jayengrana. Bila ingin bertemu dengannya datanglah kesana.”
Setelah mendengar jawaban Ibunya, dengan bekal seadanya, Jaka Berek berangkat menuju Kadipaten Surabaya untuk menjumpai ayahnya. Namun ketika hendak memasuki pintu gapura kadipaten,Jaka Berek dicegat oleh seorang prajurit yang sedang berjaga.
Prajurit itu melarang Jaka Berek memasuki kadipaten, Jaka Berek bersikukuh untuk masuk sehingga terjadi perkelahian. Untunglah perkelahian itu diketahui oleh dua orang putera Adipati Jayengrana yang bernama Sawungsari dan Sawungrana.oleh mereka perkelahian itu dilerai.
Namun, kedua putera Adipati itu juga melarang Jaka Berek menemui Adipati sehingga terjadi perselisihan yang berujung perkelahian. Jaka Berek dikeroyok oleh kedua anak Adipati. Belum lama perkelahian terjadi, Adipati Jayengrana keluar dan melihatnya dan iapun segera menghampiri.
”Hei..hentikan perkelahian ini!”teriaknya.Adipati menanyakan hal ihwal perkelahian, kedua puteranyapun menjelaskan secara terperinci.
”Kamu yang bernama Jaka Berek yang mau menemuiku, sekarang katakan apa keperluanmu?”
”Hamba hanya ingin mencari ayah hamba yang menjadi adipati di sini yang bernama Adipati Jayengrana.kalau memang tuan orangnya,tentu tuanlah ayah hamba.”
”Nanti dulu. Siapa nama ibumu dan apa buktinya kalau kau memang anakku?”
”Hamba adalah putera dari Biyung Dewi Sangkrah. Sebagai buktinya,ibu memberi hamba sebuah selendang Cinde Puspita ini.”Jaka Berek mengeluarkan selendang dari bungkusan yang dibawanya.
Ternyata benar selendang itu adalah selendang Cinde Puspita yang dulu oleh Adipati Jayengrana diberikan pada Dewi Sangkrah yang dicintainya.
”Kalau begitu kau memang anakku” Adipati memeluk Jaka Berek dan memperkenalkan Jaka pada saudaranya, Sawungrana dan Sawungsari.
Jaka Berek pun tinggal di kadipaten dan berganti nama menjadi Sawunggaling.
Sayembara Umbul-umbul Tunggul Yuda
Suatu hari Kadipaten Surabaya kedatangan kompeni belanda yang dipimpin oleh Kapten Knol yang membawa surat dari Jenderal De Boor yang isinya mengatakan bahwa kedudukan adipati di Surabaya akan dicabut karena Adipati Jayengrana tak mau bekerjasama dengan kompeni belanda.
Tetapi pada saat itu,ada pengumuman bahwa di alun-alun Kartasura akan diadakan sayembara sodoran (perang tanding prajurit berkuda dengan bersenjata tombak) dengan memanah umbul-umbul yang bernama umbul-umbul Yunggul Yuda.
Adipati Jayengrana yang sudah dicabut kedudukannya itupun menyuruh kedua anaknya agar giat berlatih untuk mengikuti sayembara itu. Pemenang dari sayembara itu akan diangkat menjadi adipati di Surabaya.
Pada hari sayembara diadakan, tanpa memberitahu Sawunggaling, Jayengrana dan kedua puteranya pergi ke Kartasura.dan tanpa setahu merekapun Sawunggaling juga pergi ke Kartasura. Sebelum berangkat Sawunggaling pulang ke desa meminta do’a restu dari ibu, kakek dan neneknya.
Sayembara memanah umbul-umbul itu ternyata hanya diikuti oleh Sawungrana dan Sawungsari, tetapi keduanya gagal tak bisa menjatuhkan umbul-umbul Tunggul Yuda yang dipasang di Menara Galah. Karena tak ada pemenangnya, Sosra Adiningrat yang bertindak sebagai panitia pelaksana lomba, segera mengadakan pendaftaran lagi.
Pada saat itu ada seorang pemuda yang ikut mendaftar dan ternyata dialah Sawunggaling dan diapulalah satu-satunya yang bisa menjatuhkan umbul-umbul Tunggul Yuda. Dengan kemenangan ini selain diangkat menjadi adipati, Sawunggalingpun mendapatkan puteri dari Amangkurat Agung di Kartasura yang bernama Nini Sekat Kedaton.
Keberhasilan sawunggaling itu membuat iri dua saudaranya. Sawungrana dan Sawungsari ingin mencelakakan Sawunggaling, pada saat pesta besar-besaran untuk merayakan pengangkatan Sawunggaling sebagai adipati di Surabaya, secara diam-diam mereka memasukkan bubuk racun ke dalam gelas minuman Sawunggaling.namun perbuatan itu diketahui oleh Adipati Cakraningrat dari Madura.
Ketika minuman itu disodorkan pada Sawunggaling,Adipati Cakraningrat pura-pura menubruk Sawunggaling yang mengakibatkan terjatuhnya gelas berisi racun itu. Melihat itu, Sawungrana sangat marah ”Dinda Sawunggaling, lihatlah ulah adipati dari Madura itu, dia tidak menghormatimu karena telah menjatuhkan minuman. Ini penghinaan ”
Dengan cepat, disambarnya tangan Adipati Cakraningrat dan ditariknya keluar dari kadipaten. ”mengapa paman menghinaku di hadapan para tamu. Apakah paman ingin menantangku berkelahi?” tanya Sawunggaling.
”Tenang anakku, ketahuilah bahwa minuman yang hendak kau minum itu sebenarnya telah diberi racun oleh Sawungrana, aku melihatnya.” Sawunggaling merasa menyesal telah tergesa-gesa menuduh Adipati Cakraningrat yang bukan-bukan.
”Dan semua itu memang telah direncanakan oleh para kompeni belanda. Kedua kakakmu telah bergabung dengan para kompeni karena menginginkan kedudukan sebagai adipati di Surabaya,” jelas Adipati Cakraningrat.
Sejak saat itu Sawunggaling bertekad memerangi belanda, dia selalu menambah kekuatan laskarnya. Dalam suatu peperangan yang sengit Sawunggaling berhasil membunuh Jenderal De Boor.
Akhirnya, karena menderita sakit parah, Sawunggaling meninggal dunia di daerah Kupang dan di makamkan di Lidah Wetan- Surabaya.
Pesan Moral
Pernikahan adalah sesuatu yang sakral sehingga kita harus menghormati dan menghargai nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Pada jaman dahulu sering terjadi pernikahan yang tidak resmi, khususnya dilakukan oleh para bangsawan, lalu sang wanita ditinggalkan sehingga anak hasil buah kasihnya setelah besar kebingungan mencari cinta bapaknya.
Atikel Lainnya :
Atikel Lainnya :
0 komentar:
Posting Komentar