Puter Giling Kalimantan – Satu lagi misteri tentang bumi Kalimantan yang menarik untuk dijadikan sebagai bahan renungan dan peringatan bagi kita yaitu tentang ilmu puter giling dari Borneo. Satu ilmu yang membuat seseorang tidak bisa meninggalkan tanah Kalimantan atau pulang kembali ke kampungnya apabila telah berbuat kesalahan terutama dalam hubungan cinta.
Jika sebelumnya sudah kita bahas tentang alat vital yang bisa hilang saat berbuat salah, maka kali ini juga merupakan satu kisah nyata yang dialami oleh seorang teman. Sebut saja namanya Anto, seorang perantauan dari kota Malang.
Berikut ini kisahnya.
Baca Juga :
Baca Juga :
Anto Dan Puter Giling Kalimantan
Pada tahun 1980 an, Anto adalah seorang pemuda gagah yang penuh gairah hidup. Selain sebagai seorang teknisi di perusahaan asing, Anto adalah seorang atlet tinju yang pernah merasakan medali perak PON. Sehingga memiliki postur tubuh yang atletis dan gagah.
Namun, kelebihannya itu tidak diimbangi dengan sikap mental yang baik apalagi ia banyak bergaull dengan karyawan ekspatriat dengan gaya hidup ala kebarat-baratan. Sehingga Anto pun terpengaruh dengan gaya hidup mereka lalu meninggalkan adat ketimuran yang penuh etika dan tata karma.
Selain akrab dengan minuman keras, kebiasaan gonta-ganti pasangan juga menjadi salah satu perilaku buruk yang dianutnya. Maklum, secara materi ia cukup. Pekerjaannya di perusahaan asing mendapatkan imbalan gaji yang lebih sehingga gaya hidupnya pun turut berubah.
Petualangan cintanya pun semakin menggila, dengan penghasilannya yang diatas rata-rata, ia bisa memilih wanita yang disukainya. Hampir wanita dari berbagai suku yang ada di kota Samarinda, tempatnya tinggal, pernah menjalin hubungan dengannya.
Namun, seperti peribahasa, “sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga.” Begitu pula yang terjadi dengan petualangan cinta Anto.
Gadis Dayak |
Semenjak kenal dengan gadis cantik dari pedalaman Kalimantan, Anto memutuskan untuk tinggal serumah tanpa ikatan resmi atau kumpul kebo dengannya. Anto cukup paham dengan budaya dan pantangan saat menjalin hubungan dengan wanita pedalaman termasuk salah satunya adalah tidak pernah mengucapkan janji akan menikahinya.
Namun, meskipun berusaha berhati-hati, kelepasan juga akhirnya sehingga terucap janji untuk menikahi pasangan samen lavennya itu.
Dasar buaya,setelah beberapa bulan bersama, Anto merasa bosan juga lalu berniat meninggalkan pasangannya tersebut. Jika ia mengutarakan dengan terus terang untuk memutuskan hubungan, resikonya cukup berbahaya, maka ia merencanakan untuk meninggalkan pasangannya dengan diam-diam.
Kebetulan, teman satu kampung mengajaknya pulang ke Malang karena akan menikah. Maka, Anto menggunakan alasan mengantarkan temannya tersebut untuk meninggalkan pasangannya. Tiket kapal laut sudah dipegang, maka berdua bersama teman satu kampungnya Anto menuju pelabuhan Semayang, Balikpapan menuju Surabaya.
Tiba di pelabuhan Semayang, Balikpapan. Anto merasa lega karena selangkah lagi ia dapat menyelesaikan rencana untuk meninggalkan pasangannya. Namun, entah mengapa, ia terpisah dengan teman perjalanannya. Tapi ia tidak menjadi bingung karena ia memegang sendiri tiket kapal laut itu.
Sambil menghisap sebatang rokok, ia menunggu keberangkatan kapal yang akan mengantarnya ke pulau Jawa. Tapi, setelah menunggu hampir dua jam, kapal yang akan mengantarnya belum juga berangkat, maka ia bergegas bertanya kepada petugas pelabuhan sambil menunjukkan tiketnya.
Ternyata, kapalnya sudah berangkat satu jam yang lalu. Dan, itu kapal terakhir yang berangkat ke Surabaya pada hari itu.
Anto menjadi kebingungan sendiri. Padahal saat ia menunggu, banyak penumpang lainnya yang duduk bersamanya, namun, saat mereka berangkat, ia tidak mengetahuinya sama sekali. Sehingga rencananya gagal.
Tidak putus asa, sebulan berikutnya, Anto kembali ke pelabuhan Semayang dengan tiket kapal yang sudah dipesannya beberapa hari sebelumnya. Niatnya sama, mau meninggalkan pasangannya. Akan tetapi, kejadian ketinggalan kapal terulang lagi. Dan, Anto kembali gagal.
Dua kali gagal tidak menyurutkan langkah Anto untuk meninggalkan pasangan samen avennya itu. Kali ini, ia berencana naik pesawat terbang. Dan, ia sudah berada di bandara Sepinggan tepat satu jam sebelum keberangkatannya. Setelah check in, ia duduk di ruang tunggu keberangkatan bersama penumpang lainnya.
Tiba-tiba, ia tertidur dalam posisi duduk. Dan, bangun ketika pesawatnya sudah berangkat. Sambil menyumpah-nyumpah tidak karuan, Anto kembali pulang ke Samarinda.
Begitu seterusnya, setiap kali ia berusaha meninggalkan kekasih gelapnya itu, meskipun menggunakan berbagai moda transportasi bermacam-macam, usahanya selalu gagal dan ia pulang kembali ke pangkuan pasangannya lagi.
Itulah pengalaman dari Anto, seorang perantauan dari kota Malang, yang pernah merasakan bagaimana pengaruh ilmu puter giling dari Kalimantan.
Penutup
Demikian sekelumit kisah nyata dari seorang teman yang pernah merasakan misteri ilmu puter giling dari Kalimantan sehingga tidak bisa pulang kembali ke kampung halamannya.
Menurut pengamatan penulis, semua itu adalah buah dari perbuatannya sendiri. Dimana pun kita berada, memang sudah semestinya tidak mengobral janji apalagi janji untuk menikah dengan seseorang. Karena janji akan dibawa sampai mati maka janganlah berjanji apabila tidak mampu menepatinya.
Semoga bermanfaat..
Artikel Lainnya :
Tradisi yang menyeramkan tetapi perlu dilestarikan untuk khasanah budaya kita
BalasHapusMau pulang gimana lha wong ancen dirimu kecantol " ucil " kalimantan
BalasHapus