Rajah Kala Cakra - Adalah salah satu bentuk ajian untuk menolak bala yang diciptakan oleh Mpu Barada, Mahapatih dari kerajaan Airlangga. Ajian ini terdiri dari rangkaian mantera yang disusun menggunakan aksara Jawa dengan tujuan menolak mara bahaya atau melemahkan musuh. Biasanya rangkaian mantera ini ditulis dalam kain, lontar atau media lainnya sehingga menjadi sebuah rajah.
Menurut cerita, ajian ini pernah digunakan oleh salah satu penasehat Arya Penangsang pada saat terjadi pertentangan antara Jaka Tingkir dengan Arya penangsang memperebutkan tahta kerajaan Demak. Namun, gagal.
Mengenai asal-usul ajian Rajah Kala Cakra, penulis gambarkan dalam kisah berikut ini.
Konon dalam sejarah, di Kerajaan Kahuripan yang mempunyai raja yang terkenal bernama Airlangga, sedang gelisah ketika tahu rakyatnya sedang menderita wabah dan bencana, terror dan gannguan keamanan lainnya yang ditimbulkan karena amarah, kebencian dan dendam Nyai Calon Arang. Nyai Calon Arang menebar teluh, santet, tenung, modong dan jengges serta provokasi lainnya kepada siapa saja yang tidak disukainya, karena ketinggian ilmunya, maka belum ada manusia yang sanggup mengalahkannya.
Menurut cerita, ajian ini pernah digunakan oleh salah satu penasehat Arya Penangsang pada saat terjadi pertentangan antara Jaka Tingkir dengan Arya penangsang memperebutkan tahta kerajaan Demak. Namun, gagal.
Mengenai asal-usul ajian Rajah Kala Cakra, penulis gambarkan dalam kisah berikut ini.
Konon dalam sejarah, di Kerajaan Kahuripan yang mempunyai raja yang terkenal bernama Airlangga, sedang gelisah ketika tahu rakyatnya sedang menderita wabah dan bencana, terror dan gannguan keamanan lainnya yang ditimbulkan karena amarah, kebencian dan dendam Nyai Calon Arang. Nyai Calon Arang menebar teluh, santet, tenung, modong dan jengges serta provokasi lainnya kepada siapa saja yang tidak disukainya, karena ketinggian ilmunya, maka belum ada manusia yang sanggup mengalahkannya.
Nyai Calon Arang pada saat itu adalah menggambarkan keserakahan, kemarahan dan rasa dendam orang yang terbuang dari lingkungannya, kesaktiannya setinggi langit sehingga iblis laknat, ifrit, jin, setan, peri parayangan, gandarwa, dan lain sebagainya bertekuk lutut menjadi anak buah dan sekutunya. Dia bisa mengirimkan bencana dalam bentuk teluh, wabah penyakit, banjir bandang, angin puyuh, kebakaran dan lain sebagaianya. Sehingga sampai sekarang di Pulau Bali nama “Calon Arang” masih menjadi legenda.
Akhirnya Prabu Airlangga memerintahkan kepada Narotama sebagai patihnya untuk menumpas Nyai Calon Arang. Patih Narotama adalah seorang brahmana yang sakti mandraguna, bijaksana dan berbudi luhur.
Alkisah bertarunglah Patih Narotama dengan Nyai Calon Arang setelah semua taktik dan strategi diterapkan sebelumnya, sehingga benturan keduanya tidak dapat dihindari lagi. Kebaikan melawan kejahatan, keduanya berimbang tak ada yang kalah dan menang, sampai pada akhirnya Patih Narotama menyadari bahwa kebaikan dan kejahatan adalah kehendak dari Sang Hyang Manon, maka teringatlah ia pada salah satu ajian yang diciptakan oleh Dewa Wisnu ketika bertemu dengan Batara Kala.
Dewa Wisnu adalah dewa yang memelihara Alam Semesta, sementara Batara Kala adalah sumber Kejahatan yang ada di Alam semesta ini.Ajian “Kala Cakra” adalah keseimbangan antara “Kala” yang menjadi bibit kejahatan dimuka bumi dengan “Cakra” yang merupakan senjata Batara Wisnu untuk memusnahkan kejahatan, maka dihayatinya dan diterapkannya untuk menghadapi Nyai Calon Arang
Ya maraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya midosa sadomiya
Ya miroda daromiya
Yadayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya
Heh Pangrancana mariya luwih
Heh Kang anekani ilanga kaluwihane
Heh Kang aweh luwe amaregana
Heh Kang aweh mlarat anyukupana
Heh Kang anyikara marca nangsaya
Heh Kang amerangi laruta kuwatira
Heh Kang para cidra kogel welasa
Heh Kang dadi hama yogya asiha
Begitu ajian itu diterapkan oleh Patih Narotama maka dengan perlahan tapi pasti kekuatan Nyai Calon Arang berkurang dan akhirnya sirna dan musnah hingga dia lemas tak berdaya, diantara ketidakberdayaanya Patih Narotama datang menghampirinya dan berkata “tidak ada yang bisa melawan hukum Yang Maha Tunggal, sebenarnya kebaikan dan kejahatan adalah kehendakNya untuk menjaga keseimbangan Alam semesta ini, ketika ada yang tidak seimbang maka Hyang Manon sendiri yang akan menyeimbangkan.”
Dari kisah itu, keseimbangan adalah hal mutlak untuk membuat Alam Semesta menjadi serasi, indah dan seimbang. Karena semua yang ada diciptakan di Alam semesta ini adalah berpasang-pasangan, keduanya harus berjalan seimbang. Demikian pula dalam diri setiap manusia, diperlukan keseimbangan antara lahir dan batin, baik dan buruk, spriritual dan material, yang akan membuat manusia bisa berjalan lurus di jalan Tuhan.
Alam semesta adalah ayat-ayat Tuhan yang tersirat dalam firmannya, dan kisah-kisah nenek moyang dulu adalah pelajaran bagi generasi selanjutnya untuk selalu membuat keseimbangan dalam diri, lingkungan maupun alam semesta ini. Hanya kebodohan dan kesombongan yang membuatku lalai akan contoh dan pelajaran dari nenek moyang.
0 komentar:
Posting Komentar